Sabtu, 20 November 2021

AYAM MADU PEDAS

AYAM MADU PEDAS Bahan-Bahan: 300 gr ayam filet marinasi diamkan beberapa saat Tepung serbaguna ala biangku (terigu+ biang+ penyedap) bahan pencelup (alr es + putih teltur) 3 siung bawang putih cincang buah cabe rawtt merah, ris batang daun bawang Bumbu Saus 3 sdm madu 2 sdm saus sambel -1 sdm saus tomat 1 sdm kecap manis Garam, merica secukupnya Sedikit air Cara membuat . Goreng ayam Kentucky seperti yang sudah diajarkan. 2.Tumis bawang puth, lalu masukkan cabe rawit dan daun bawang aduk rata lalu tuangkan bumbu saus, beri sedkit air aduk rata, tes rasa. . Masukan ayam, aduk terus hingga ayam tercampur rata dengan saus, angkat, lalu sajkan. Selamat mencoba

Rabu, 23 November 2016

PANTUN BUZENSA '81




Lenggak - lenggok penari Bali
menari pendet tak henti - henti
alumni Buzensa '81 selalu serasi
kalau chatting ramai sekali
.
Bunyi konser terdengar sendu
kokok ayam goyahkan mental
alumni Buzensa delapan satu
di Facebook dan whatshapp biasa mangkal
.
Pagar kawat nyaris terinjak
bila di pasang bisa celaka
alumni Buzensa pasti gak-gak
bila kami bercanda selalu ceria wajahnya
.
Berangkat reuni pakai seragam
janganlah pulang sebelum hatam
sifat kami aneka ragam
ada RIA KUSWANTI orangnya pendiam
.
Habis air dalam pancuran
kopi di sruput dengan nikmatnya
ada yang alim dan keibuan
di alumni Buzensa '81 EVI YANTI DEWI namanya
.
Kalau pergi ke tanah sebrang
janganlah lewat air selokan
kalau kami tak bisa tenang
karena NENENG LIA JULAEHA orangnya kolokan
.
Di tengah hulu kulihat sampan
berlayar hingga teluk Jakarta
dua lagi kami kenalkan
TUNAS_HERYANTO dan RUDY yang berkaca mata
.
Ke Palembang beli payung
Jangan lupa kasih cuka
Hidungnya ROSA DEWI KANIA mancung
Makanya banyak yang suka
.
Mangga muda jangan di beli
karena rasanya asam sekali
di Buzensa ’81 ada RETNO INDARTI
orangnya suka menyanyi
.
Kamu begitu imutnya
Dan orangnya sangat ramah dan lucu
YUSTI NAFISSA namanya
Kapan punya cucu ?
.
Manis-manis sekepal gula
Lebih manis sesendok madu
Manis senyum YANTI INTAN ZURAIDA
Lebih manis senyum kekasihku
.
Rumahnya dari kayu
Atapnya dari jerami
ATU YUYUN WAHYUNI panggilannya ATU
Pastinya orang mandiri
.
Limau purut di tepi rawa
Buah dipetik sebelum masak
Di Buzensa ’81 ada NENDEN WIKARSA
Hobinya menulis dan memasak
.
Orang sunda pergi ke Bali
Membawa pelita semuanya
Di Buzensa ’81 ada HANI WIDIHASTUTI
Mudah terharu orangnya
.
Siapakah jelita se Indonesia ?
Dialah NONAH RATNA DEWI yang cantik jelita
Hidup jangan di sia – sia
Kami hanya rakyat jelata
.
Daun serai tumbuh seribu
di taman anak dara di tepi kali
Si Buzensa ’81 ada seorang guru
Orangnya mungil namanya EUIS NURHAYATI
.
Orang yang jahat harus di hukum
Karena punya salah
Ada MELLA ISMELINA dosen hukum
Banyak anak didiknya jadi berkah
.

Tudung saji hanyut terapung
Hanyut terapung di sungai
WIDAYANI RUSTANDI janganlah mudah tersinggung
Ini hanya candaan agar ramai
.
Dayung di dayung perahu ke tepi
Agar cepat sampai ke sana
Ada di Buzensa ‘81 dengan panggilan Bu Haji
DEETYE MATDIYAH namanya
.
Berjalan-jalan di tepi tasik
Bila berjalan perlu hati – hati
Sungguh mungil dan cantik
Di Bujensa ‘81 namanya RENI RISMAYANTI
.
Cewe itu pake sepatu haq tinggi
Sepatu haq tingginya buatan Inggris
Di Buzensa’81 ada NENDEN HAZRIYANTHI
Dia seorang seorang guru bahasa Inggris
.
Jalan – jalan ke Surabaya
Surabaya besar kotanya
Di Buzensa ’81 ada yang suka bercanda
SRI AYATI namanya
.
Harum-harum buah manggis
Dalamnya putih bola pingpong
Ketika senyum WENDI SUWARDI emang manis
Ketika ketawa ga’ tahunya ompong
.
Buah nangka buah kedondong
Jangan di makan di siang terik
Di Buzensa ’81 ada yang suka nolong
Namanya DIKDIK JAFAR SIDIK
.
Bpukul gendang kulit biawak
Sedikit tidak berdentum lagi
Di Buzensa ’81 ada yang kocak
AHMAD MUHAMMADIYAH bikin kita ketawa lagi
.
Mnais jangan lekas ditelan
Pahit kangan lekas dimuntahkan
RUSWANDI ENANG ikut reunian
Orangnya diam-diam menghanyutkan
.
Kalau ada jaman yang patah
Jangan di simpan dalam peti
Sering melakukan metode ilmiah
Karena DADIN DRADRIN seorang peneliti
.
Jalan-jalan ke Sumedang
Ada kambing makan rumput
DADANG WAHYU HERMAWAN selalu senang
Karena panggilannya sadut
.
Nenek moyang orang pelaut
Mengarungi samudera singgah di dermaga
Siapakah orang yang penakut
Namanya HANA RUSYANA
.
Jalan-jalan ke rawa-rawa
Capek duduk di pohon palem
Jarang sekali ketawa
YAN RAHADIAN orangnya kalem
.
Pergi ke taman ku turut serta
Membawa air dengan roti
Kami kenalkan satu lagi di Buzensa
MOCH. BAGOES JZNOR orangnya tinggi

Lebaran makan ketupat
Jangan lupa dengan dagingnya
Ada yang kulitnya coklat
Di Buzensa NASIKIN orangnya
.
Nenek berlari hingga belokan
nasi di bawa sampai prapatan
bukan kami hendak menonjolkan
tapi untuk mempererat persahabatan
.
Bila ke kota naik angkutan
bawalah serta bunda tercinta
bila kalian ingin kenalan
kami terima dengan tangan terbuka
.



Yaa Allah Ya Robbi,
kami menempuh perjalanan waktu 35 tahun lamanya.Kami mengenang saat masuk Sekolah Dasar Negeri Ibu Jenab I Cianjur, bersama sahabat-sahabat pilihan-Mu, menimba ilmu sampil menempa diri dan bersosialisasi untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. 
Dan karena kodrat irodat-Mu pulalah, alhamdulillah kami telah bisa berkumpul kembali karena-Mu.
Yaa Robbi, Engkau Maha Rahman dan Rahim, telah menganugerahkan kepada kami, teman -teman seperjuangan yang setia, senasib sepenanggungan, dalam masa-masa sekolah, hingga terselenggaranya reuni 20 November 2016. Semoga Engkau masih berkenan membimbing kami, untuk menjadikan reuni itu sebagai momentum untuk menyusun rencana reuni yang akan datang, yang lebih baik. dan lebih hidup, untuk mengisi sisa umur kami agar lebih bermakna dan bermanfaat untuk orang lain.
Aamiin Aamiin Aamiin Allahumma Aamiin
Aamiin Yaa Robbal 'Alamiin

Senin, 11 November 2013

Kemiskinan






Meratap di sudut kota
diam membisu seorang diri
dinding-dinding pertokoan
adalah karib yang setia menemaninya
sampai ke alam mimpi

Ia meratap
mukanya tengadah
matanya basah
melihat hidup yang semakin redup
dalam genggaman tangannya
ia rindu pada fajar esok hari ?

Kapan ?







Kapan lagi kita menuju awan
berdiri dan menantang matahari
memandang ke bawah
bunga-bunga mandi ..... telanjang

Kapan lagi, kita bangun rumah sekejap
dalam hutan kita tidur
bersama dingin dan kegelapan
hujan turun kitapun kuyup

kapan lagi, bercengkrama dengan laut
menendang-nendang pasir sisa malam
menyeruak kebisoingan kota
di atas jembatan, kita ganggu semut-semut

kapan lagi, kita menuju gerbong kereta
di mana pohon-pohon mengucap :
" Selamat Pagi !"
pada perut kita yang kelaparan


SURAT TERAKHIRMU





Pagi yang memberi kesejukan telah merubah malam yang pekat gelap tanpa rembulan dan gemintang bergantian sinar kemerahan mentari pagi yang menghangatkan langkah-langkah kehidupan waktu. Bumi pertiwi menjulang tinggi kukuh senandungkan nyanyian selamat datang penimba ilmu pengetahuan di Kampus Biru, walaupun diantaranya ada yang sekilas dan abadi bergelut dengan bagian kuliah.

"Begitulah salah kita juga, yang santai dan lamban". Seru Gerhana kepada temannya sejalan, seduka, semanis ketika sedang dalam kantin untuk sarapan pagi.

"Benar kau Na ! jika seandainya kita dari kemarin giatnya seperti sekarang, aku yakin kita takkan ketinggalan oleh teman-teman yang telah jadi Sarjana." jawab Pram yang menjadi sobat dalit Gerhana.

"Dan yang penting kitapun harus selesai juga dengan memanfaatkan kesempatan yang ada pada diri kita, seru Gerhana kemudian meneruskan Pram dan .......

"Hai Na !"

"Hai....!" balas Gerhana

"Kau Mel, tidak kuliah ?"

"Kebetulan hari ini tidak ada, cuma ingin menemui dosen untuk mengambil nilai dan ada perlu dengan kau, Gerhana." kata Melody sambil duduk semeja dengan Pram dan Gerhana.

"Perlu denganku," sela Gerhana penuh tanya.

"Ini biasa tentang si diamu itu titip sesuatu untukmu."

"Oh dari Kirana, di mana dia sekarang ?"

"Sedang ke Jogya menjenguk neneknya yang sedang sakit."

"Sendiri ?"

"Ngga....rombongan dengan keluarga."

"Koq engga bilang ?!" ujar Gerhana seperti merasa kehilangan. "Bilang cuma melalui surat saja," jawab Melody sambil mengeluarkan sampul surat berwarna biru dari dalam tasnya, sementara Gerhana mencoba untuk meraihnya.

"Tunggu !" , Melody memasukan kembali surat itu.

"Traktir dulu donk, sebelum surat ini sampai ditanganmu."

"Oke,...dengan senang hati, pilih saja apa maumu yang ada di kantin ini."Inipun salah satu pengorbanan untuk sang kekasih."

Tiba-tiba Pram nyeletuk yang dari tadi bengong saja.

"Mari kita gratis makan bersama Mel, demi sang kekasih Romeo kita." Pram memperolok Gerhana yang sudah ingin sekali tahu dari kekasih tambatan hatinya.

Senja telah rebah dikala mentari memasuki peraduannya diiringi gitar kecapi yang ditembangkan oleh seseorang, tanpa seorang pemuda menghampirinya dan minta sebuah lagu dari Michael Jackson, One Day In Your Life. Terdengarlah alunan nada kecapi itu dengan apik bersama sebuah harmonika yang menyayup menyentuh perasaan pemuda itu, mengingatkan sebuah kenangan manis dalam wanginya bunga. Karina, akan kutaklukan badai ini, guman pemuda itu yang rupanya Gerhana kepada Kirana akan ku dendangkan juga ilusi-ilusi indah yang tak pernah mati, karena kau adalah penghias abadi dinding jiwaku sebagai bait-bait sukma yang kunyanyikan sebagai tembang-tembang malam.

Sementara itu petikan kecapi masih berdenting menerawang jauh ke angkasa relung hati Gerhana, yang tiba-tiba saja udara mendung bernaung di dalamnya. Gerhana berlalu dari situ setelah usai lagu permintaannya dengan menyelinapkan dua buah uang logam ketangan si pemetik kecapi itu. Gerhana terus berjalan menelusuri jalan, dimana hari kemarin sepanjang jalan itu penuh bunga kala Kirana berjalan disisinya menggamit manja lengan Gerhana untuk mendengarkan kecapu dn tiupan harmonika.

Semiggu sudah, Gerhana selalu murung tiada nyala gairah bertahta didirinya semenjak kepergian Kirana ke Jogyakarta, semenjak surat terakhir itu datang, selalu saja surat itu digenggamnya hingga lusuh, selalu dibacanya berulang-ulang seolah tidak percaya pada kenyataan yang diterima itu. Ingin kerinduannya dibunuh, tapi tak jua mampu menghilangkannya, yang ada semakin menebal dan ,mndarah daging perasaan kerinduan itu, perasaan kehilangan sebuah ratna harapan yang selalu terukir menghiasi pada relung sukma Pram pada gambar kenangan yang tak pernah pudar. Kini Pram selalu mengurung diri, mwnghindar dari gerak kehidupan di luar kamarnya, mengela dari segala pepatah dan fatwa dari kerabat sejawat maupun dari dalam dirinya yang pernah terucapkan untuk menenangkan suasana bathin seseorang atau Kirana yang dahaga kasih.

Siang itu Gerhana dan Pram di sebuah bukit indah nan damai

"Sudahlah Gerhana !, jangan selalu kau cemaskan Kirana, Pram selalu mencoba untuk yang keberapa kalinya memberikan jalan keluar dari kemelut yang menghimpit Gerhana.

"Tidak Pram, terima kasih atas segala perhatianmu, aku tidak bisa melupakannya". Gerhana menata kosong bukit hijau.

"Kamu seperti bukan lelaki saja, bebaskanlah semuanya itu," kata Pram menatap dalam-dalam wajah Gerhana yang tidak segar seperti kemarin, ketika bersama Kirana.

"Aku tahu Pram, bahwa aku lelaki, tetapi sepertinya aku kehilangan diriku sendiri di samping kehilangan Kirana."

"Yah....akupun memaklumi Na, namun menurutku tidak seharusnya kau bermuram durja terus, tunjukkanlah Gerhana yang dahulu, yang tenang bila menghadapi sesuatu peristiwa pahit.

"Terserahlah kau mau menganggap apa terhadapku, dan tinggalkan aku sendiri di sini ....., aku sudah mual dengan segala nasehat."

"Na....!! Selayaklah aku sebagai sahabat mengingatkanmu, aku tidak bermaksud mencampuri urusan pribadimu." kata Pram dengan suara agak keras.....

"Pram......kataku tinggalkan aku disini, berikan aku kesempatan menenangkan pikiranku di bukit ini."

"Justru aku tidak mau kau selalu dicekam oleh kesendirian, karena dalam kesendirian kenang-kenangan manis akan datang dibenakmu....dan akan menggeroti perasaan yang akan menambah sakit saja di hatimu."

"Seperti kata orang arif, bahwa kegagalan awal dari keberhasilan. Percayalah ..., aku yakin suatu ketika datang yang sepenuhnya menyayangi kau ..."

"Untuk sementara....biarlah aku sendiri dulu menikmati kejadian yang kualami ini"

"Telah sore Na, dan sebentar lagi hujan akan turun, mari kita pulang."

Akhirnya Gerhana mengikuti ajakan Pram, sahabatnya yang dengan sabar dan besar perhatiannya kepada Gerhana. Betapa kau Pram, selalu menghargai nilai persahabatan kita ini. Guman Gerhana dalam hati memuji kesetiaan sahabatnya. Kalau saja itu milik Kirana tidak mungkin begini aku jadinya, berbicara dengan hatinya sendiri berbucara pada selembar kenyataan, pada soneta cintanya kepada Kirana yang tak pernah pupus dan segenggam hatinya yang dipersembahkan Gerhana waktu dulu dan saat ini telah direnggut Kirana untuk kemudian dicampakkannya pada karang-karang yang tajam, sepuntung cinta Gerhana yang malang, tak ada yang diharapkan lagi.

Gairah hidup telah terengguk oleh sang kekasih, satu tertinggal yang paling pahit, lembutnya getar bibir pujaan hatinya di saat mengucapkan sesuatu yang manis.



"Kau buat aku dengan teka-teki dan kau sengat hatiku dengan belati kepedihan, bolehkah kukatakan kejam Kirana dewiku...., namun begitu ku coba juga bertahan dan berpeluk pada secuol harapan yang masih tersimpan, meski diriku telah terlempar jauh."Gerhana selalu berbicara pada dirinya sendiri, berguman, bertempur dengan perasaan-perasaannya bernyanyi sendu yang terpantul pada wajah yang kuyu, selalu terngiang bait-bait surat terakhir dari Melody, telah hapal diluar kepala segala kata-katanya itu, selalu menghantuinya.



Gerhana sayang,

Pagi ini aku ke Jogya jenguk nenek yang sakit dengan keluargaku, maafkan aku tidak bisa menemuimu dahulu.

Gerhana, maafkanlah aku mengecewakanmu, tapi yang lebih mengecewakan adalah sebelum aku berangkat, malamnya aku dipanggil ayah dan diperkenalkan dengan seorang pemuda dari Jogyakarta yang memberi tahu bahwa nenek sakit.

Gerhana, kiranya ayah telah merencanakan dari dulu, untuk menjadikan pemuda itu sebagai teman hidupku kelak, rupanya pemuda itu telah menanamkan jasa besar kepada ayah dan tanpa sepengetahuanku pemuda itu mengharapkan kehadiranku, dengan menggunakan Ayah sebagai alat untuk menyatakan cintanya.

Gerhana, aku tak dapan lari dari kenyataan, bahwa aku tetap mencintaimu dan memilih kau sebagai calon pendampingku kelak, tetapi ayah tetap mendesakku, memaksaku walau aku tetap pada pendirian tidak mau kepada pemuda itu.

Gerhana, dengan terpaksa aku ikut juga ke Jogyakarta mengukuti kehendak ayah. Aku akan diperkenalkan kepada keluarga pemuda itu sekaligus untuk tukar cincin di sana.

Gerhana, maafkan aku dan lupakan aku, biarlah badai yang datang itu kunikmati sendiri. Carilah pengganti diriku, karena aku percaya masih banyak wanita yang masih mengharapkan kehadiran dirimu.

Gerhana sayang...............

Tak terasa motor yang membawa Gerhana dan Pram telah sampai di pondok kontrakan, merka basah kuyup karena terguyur hujan seperti basah dan dinginnya hati Gerhana tergenang suatu yang pedih.

Dan di teras rumah kontrakan itu telah menunggu seorang wanita yang bernama Kirana, sementara Gerhana terpaku ketika akan memasuki rumah itu.

"Gerhana !" seru Kirana lirih. Maafkan aku," maafkanlah aku dan mengenai surat itu aku sengaja membuatnya, dan......."

"Kau masih ingat aku, dan menyempatkan diri untuk datang ke sini, terima kasih ku ucapkan dan selamat jalan." jawab Gerhana sambli membuka sepatu dan jaket yang basah.

"Gerhana....sekali lagi maafkan aku, tanyakan Pram tentang diriku ini." kata Kirana yang membuat sejuta tanya dalam benak Gerhana, ada apa gerangan dengan semua ini.

"Na...,sebenarnya surat itu hanya permainan saja." seru Pram sambil tertawa dan maksud Kirana membuat surat itu adalah sekedar batu ujian dalam rangka mengukur kadar cibta dan kesetiaan dirimu terhadap Kirana."

Sementara Gerhana menundukkan kepalanya, rasa kesal dan rasa bahagia bercampur aduk jadi satu yang menyababkan jadi grogi.

"Betul Gerhana, pemuda itu tak pernah ada, dan aku ke Jopgyakarta hanya semalam saja kemudian sengaja aku tidak menemuimu. Dan mengenai keluargaku telah ada di tanganku." Kirana menegaskan kembali pernyataan dari Pram sambil tersenyum dan menghampiri Gerhana yang kemudian mengecup lembut kening Gerhana seiring menyibaknya kabut dihati Gerhana.

"Kau buat aku seperti orang gila dengan ulahmu yang unik itu."

"Gerhana aku berbuat demikian karena aku menginginkan seorang kekasih calon suamiku benar-benar orang yang mencintaiku, orang yang menyayangiku, aku tidak mau kehilangan seseorang yang kucintai, dan kau adalah yang menyayangiku dengan sepenuh hati itu." kata Kirana duduk di samping Gerhana dengan kepala dan rambutnya yang terurai dibenamkan di dada Gerhana, Gerhana membelainya dan menekan wajah Kirana ke dadanya, seperti ingin dimasukkan ke dalam jiwanya agar tetap tersimpan di dalam hatinya.




Kisah ini hanyalah fiktif belaka, kalaupun ada kesamaan dengan tempat dan nama itu hanya kebetulan belaka..

Jumat, 14 Juni 2013

LAMBANG NEGARA










Lambang Negara Kita ialah *GARUDA PANCASILA* Lambang itu berupa gambar burung garuda yang membentangkan sayapnya ke kanan dank e kiri. Pada leher burung itu tergantung sebuah Perisai yang melambangkan dasar Negara “PANCASILA”

Gambar bintang melambangkan sila ke – 1.
Rantai Emas melambangkan sila ke – 2.
Pohon Beringin melambangkan sila ke – 3.
Kepala Banteng melambangkan sila ke – 4.
Padi dan Kapas melambangkan sila ke – 5.
Garis melintang mendatar : Lambang garis katulistiwa yang melintang di tengah-tengah kepulauan Indonesia.
Adapun arti burung Garuda itu ialah :
Sayapnya terdiri dari 17 bulu, melambangkan tanggal 17,
Ekornya terdiri dari 8 bulu, melambangkan bulan Agustus,
Jumlah bulu di bawah perisai : 19, dan bulu-bulu pada lehernya berjumlah 45 helai. Jadi semuanya merupakan peringatan hari tanggal 17 Agustus 1945. Lambang Negara ini diresmikan dalam siding Dewan RIS tanggal 11 Pebruari 1950. Yang menciptakan Lambang Negara “GARUDA PANCASILA” ialah Prof. Mohammad Yamin, SH.
Tulisan pada pita yang berbunyi : *Bhinneka Tunggal Ika* berarti : BERBEDA-BEDA TETAPI TETAP SATU. Berbeda-beda tempatnya, bahasanya, adat istiadatnya, agamanya, tetapi tetap satu yaitu BANGSA INDONESIA.


Sumber : HPU (Himpunan Pengetahuan Umum)

Minggu, 12 Agustus 2012

PESAN DAN KATA MUTIARA PARA PEMIMPIN DAN PAHLAWAN BANGSA

1. "Merdeka !"
Pekik perjuangan yang terjadi salam nasional kita , terutama pada saat-saat setelah kita memproklamasikan kemerdekaan.

2. “ Sekali merdeka, tetap merdeka!” “Merdeka atau mati” “Satu tanah air, satu bangsa, satu tekad tetap merdeka” “Kita cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan”
Itulah semangat dan tekad bangsa Indonesia saat menghadapi lawan yang ingin merobohkan Republik Indonesia dan menjajah tanah air kita kembali.

3. “ Maju terus pantang mundur. Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!” “Awaslah, hati-hatilah! Jangan sampai kena provokasi Belanda. “
Seruan Bung Tomo kepada arek-arek Surabaya waktu menghadapi perang besar melawan Sekutu dan Belanda sekitar tanggal 10 November 1945

4. “Gugur satu tumbuh seribu .” “Patah tumbuh hilang berganti.”
Ungkapan yang tepat, menjiwai sikap dan tekad para prajurit kita melawan penjajah

5. “soal perundingan kami serahkan kepada kebijaksanaan pemimpin – pemimpin kita di Jawa. Bali bukan tempat perundingan . Dan saya bukan kompromis. Saya atas nama rakyat hanya menghendaki lenyapnya Belanda dari Pulau Bali atau kami sanggup dan berjanji bertempur terus sampai cita-cita kita tercapai.”
Jawaban pahlawan kita, I Gusti Ngurah Rai, ketika diajak bekerja sama oleh penjajah Belanda

6. “Tiada perjuangan tanpa pengorbanan.”
Itulah semboyan dan tekad bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.

7. “Kobarkan semangat pertempuran!”
Pesan singkat Laksamana Muda Yosaphat Sudarso kepada anak buahnya, sebelum gugur dalam pertempuran di Laut Aru melawan Angkatan Laut Belanda.

8. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa pahlawannya.” Proklamator Kemerdekaan Indonesia

9. “Dengan bantuan Tuhan aku akan menjalani hukuman mati ini. Aku tidak mempunyai rasa dendam pada siapapun, juga tidak pada mereka yang menjatuhkan hukuman mati ini. Tapi aku yakin, segala pengorbanan, air mata dan darah pemuda-pemuda kita akan menjadi pondamen yang kuat untuk tanah air Indonesia, yang kita cintai ini. Setia hingga terakhir dalam keyakinan.”
Robert Wolter Monginsidi ikhlas menjalani hukuman mati demi kemerdekaan bangsa. Keikhlasan pahlawan kita, Robert Wolter Monginsidi, dalam mengahadapi kematiannya itu dinyatakan dalam secarik kertas yang terselip dalam kitab Injilnya.

10. “Jagalah namamu, jangan sampai disebut pengkhianat bangsa.”
Pesan Jenderal Gatot Subroto kepada para perwira muda.

11. “Selamat berjuang!”
Seruan Gubernur Suryo kepada rakyat, sesaat sebelum pertempuran Surabaya pada tahun 1945.

12. “Jangan banyak membuang waktu. Selesaikan segera tugasmu, kalau perlu nyawa taruhannya.”
Pesan Jenderal Ahmad Yani kepada anak buahnya.

13. “Kita semua harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhan itu adil.”
Pesan Jenderal R. Suprapto kepada istri dan putra putrinya.

14. “Pertahankan bangsamu.”
Pesan Maria Walanda Maramis kepada anak-anaknya

15. “Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi sekali waktu kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit !”
Kata mutiara Pattimura sebelum menuju tiang gantungan.

16. “Orde Baru bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.”
Tekad Orde Baru

17. “Perjuangan hanya dapat mencapai hasil apabila berpedoman kepada suatu cita-cita besar yang umurnya lebih lama dan lebih lanjut darpada hidup manusia.”
Sungguh tepat ucapan Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Tanpa cita-cita besar, semua perjuangan tidak akan berhasil, tidak akan ada gunanya.

18. “Bangsa yang bercerai berai tidak mungkin membangun; dan tanpa pembangunan tidak akan ada kebahagiaan.”
Kata mutiara Pak Harto, Kita harus bersatu padu untuk membangun bangsa dan negara demi kebahagiaan bersama.

19. “Bhinneka Tunggal Ika, artinya : berbeda-beda tetapi satu.Inilah kenyataan yang tak dapat dipungkiri oleh siapa pun.”
Kata mutiara Suharto untuk menyatakan keadaan bangsa Indonesia yang bersatu padu dan hidup rukun.
20. “.... sejak ratusan tahun yang lalu, kita bangsa Indonesia telah merasa senasib dan sepenanggungan sehingga timbul perasaan kebangsaan, timbul perasaan persatuan, timbul kesatuan kepribadian yang telah berurat berakar turun temurun.”
Kata mutiara Suharto