Selasa, 15 Maret 2011

KISAH BERAKHIR DUKA



Kini dalam ribuan suasana temaram, dimana awan putih dipeluk gelap, sementara merpati terbag ke langit lepas, sayapnya yang mengepak seolah mengajak lari pergi dari kerawanan ini, meninggalkan aku sendiri seperti saat ini kualami. Aku tak tahu harus berbuat apa ketika menerima surat darnya. Suatu pagi tadi, gejolak dada dan gemuruhnya hatiku saat membacasurat itu, berbaur segala macam rasa menyatu ke kalbu, dan kubuka lembaran surat biru muda itu dengan kegelisahan dan keterkejutanku yang semakin jadi :





Teruntuk : Pramesti Erlanda di kediaman


“Pram, saat kau baca surat ini, di mana aku tengah berharap, semoga kau dapat menyelami isinya dan memaafkan bila ada kata-kata yang tidak berkenan dihati. Pram sebagai manusia aku menyadari, bahwa kenyataan suatu saat tanpa sengaja menghampiri kita. Dan kekecewaan akan hadir berlarut maslahnya, lebih baik kebeberkan saja lewat tulisan ini sebagai jawaban untukmu, agar penyesalan tak kentara parahnya, sangat menyakitkan. Pram, …aku mengerti perasaanmu, tapi sampai saat ini, aku belum dapat menerima kehadiran lelaki do hati. Biarkanlah aku berjalan sendiri   di tengah kelok perjalanan yang penuh alang rintangan di depanku. Aku mengharap semoga kau memaklumi dan memaafkan segala tingkahku ini, biarkan aku meniti titisn kecik sendiri, sedangkan doaku menyertai langkahmu ke pendakian gunung pengharapan, tanpaku. Walaupun begitu persahabatan ini, persahabatan yang telah kita jalin bersama tetap utuh seperti sediakala dan janganlah tepaku lantaran soal ini. Janganlah mengira, bahwa aku gembira menyampaikan hal ini padamu. Justru sebaliknya sukar kugambarkan betapa sedihnya hatiku saat membuat keputusan ini. Betapapun aku menyadari, bahwa cinta suci sukar dipaksakan, karena cinta bukan sekedar rasa emosi cita bukan nafsu memandang kejelitaan atau ketmpanan orang, yang sekilas saja pudar bersama keriputnya kulit, tapi cinta membutuhkan ketajaman penalaran naluri dan pertimbangan kedewasaan. Cinta bukanlah sekedar luapan nafsu belaka, tapi tumpuan kasih sayang. Aku tak ingin gagal …., maka kehadiranmu ini saat begini, justru ketika pintu hatiku terkunci. Pram,… mungkin inilah jalan terbaik untukku, bersemedi mengunci pintu hati. Aku percaya kelak Tuhan akan memerikan yang terbaik buatku, begitupun kau, semoga Tuhan akan memberikan yang terbaik pula buatmu. Maafkan sekali lagi atas sikapku yang mengecewakanmu, semoga esok seorang wanita yang terbaik dan lebih baik dariku, akan muncul ke pangkuanmu, semoga Allah melimpahkan rahmat dalam menapak kehidupan ini, dalam gerak langkahmu di denyut pergaulan dewasa ini, menyunting kembang pilihanmu.
Sampai disini suratku, salam untukmu dan keluargamu di rumah.


Wassalam dari Indri Wulandari…
  



Ah....... temaram semakin mencekam sukmaku yang kian kelabu seperti wajahku yang diterpa angin malam, menggugah lamunanku seusai membaca surat Indri. Kemelutku semakin membengkak, hingga langkahku gontai ke pembaringan, berangan dirasuk lamunan lagi...
" Indri..aku rindu , aku cinta kau, walaupun telah buat pernyataan pintu hatimu tertutup buat lelaki, tapi cintaku bukanlah gambaran cinta nafsu semata, melainkan kasih sayng seutuhnya. Indri, jalan kita masih panjang, diperjalanan kita nanti banyak hikmah tertuang, disitu di sela-sela perjalanan, di kelok-kelok perjalanan kita"
Aku membisu di sini menatap wajah hidup yang membentang di telaga bayangan. Kebisuan terus membeku di relung jiwa, seperti angin menerpa dedaunan, berguguran ke tanah. Senja semakin kelam, membuat gelisah jadi ragu dan hampa semakin menerkam kehidupan ini, semula kehadiranmu, bisa menguak tirak kasih, tirak hati dan luka bayang akan sembuh manakala kau hadir disisiku, namun kesetiaanku seakan sia-sia belaka.Hasratku pudar terbenam kelamnya hati, walau kucoba bangkit, lalu meratap ke langit, mencari sesuatu yang hilang dari jiwaku. Kucoba melangkahkan kakiku ini, tapi lumpuh dan aku terbawa arus melayang ke dalam kabut pekat menyesakkan dadaku.
"Cintaku. kini hidupku semuanya gelap, lorong jiwaku terkukung sembilu. Di mataku tersirat satu harapan, walau samar kecemasan. Oh ..kristal-kristal hati yang melambung ke angkasa .
Bahagia dan derita menghiasi perjalanan waktu yang kulalui dengan kepastian, walau keraguan sering melintas namun harapan terus melecut langkahku menerobos rintang yang bukan kepalang banyaknya, yang menuntku agar lebih tegar mengarungi derasnya banjir rintangan. Kusadari memamng hidup ini penuh diliputi problema. Masa silan tinggal kenangan, seakan menguak sejuta pengalaman, jika menoleh kebelakangnya.



"Indri, parahnya hatiku saat ini menumbuhkan hasrat baru. Semua yang telah kureguk bersama anggur cinta di piala emasmu yang tumpah ke lantai ke lantai kehampaan, membuat aku lebih merenungi arti kehidupan ini. Ke mana langkahku sesudah ini ? Terbenam  dalam kubangan nestapa atau bangkit menyongsong hari esok, menata langkah ? Walaupun sebutir harapan hilang dari genggaman, namun pengalaman itu membuahkan hikmah buatku, Indri.Aku akan menyelam ke dalam lautan kehidupan, kucoba menguak bias sinar yang menerawang perjalanan hiduoku "
Oh …kenangan itu mengusik kembali, ketika matahari tersenyum pulang ke kandang, ketika bulan menyingkap tirai biru cintaku. Aku dan temanku duduk di bawah pohon rindang, sambil menyaksikkan ombak yang berderai menjilati pasir di sepanjang pesisir pantai. Angin semilir menyibak rambutnya yang panjang terurai. Senja mulai merayap ke balik langit, merah membias di antara rona laut dan nyiur yang melambai, memanggil pulang perahu berlayar dan mengajak camar bersenda dan bercanda dengan alam yang mempesona. Kerdip gemintang di kejauhan mengasuh malam yang muncul kepermukaan pantai, bersama sepoi angin malam membelai kedua insan di saat terlena keindahan alam.
Ah….Indri, mengapa dulu kau datang mengusik kalbuku mengusik kalbuku lelap dalam bayang kemesraan, sejuta keindahan kurasakan. mengapa kau pergi setelah api cinta mulai tumbuh membakar seluruh sukmaku, mungkin inilah suratan Illahi yang tersirat lewat langkah yang kulalui. Kini aku tenggelam dalam lamunan indah. Dan kusimpan semuanya dalam album kenangan, sebagai tanda aku pernah mencitai dia.



Tidak ada komentar: